Ketua Tim Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri Kemendag, Indra Wijayanto mengatakan, pemantauan migor di Pasar Pinasungkulan Karombasan dan Pasar Bersehati Calaca, masih terkendali, meski ada beberapa pedagang yang menjual di atas harga eceran tertinggi.
"Stok banyak. Minyakita juga tersedia meski tak banyak, untuk harga bervariasi ada yang sampai Rp16 ribu," jelas Indra.
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
"Di pasar ini pasokan ada, harga masih moderat tidak terlalu tinggi. Minyakita ada tapi tidak banyak, harganya sudah Rp14 ribu," ungkapnya.
Meski begitu, menurut Indra, pada sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok (SP2KP), harga minyak goreng di Sulut di atas rata-rata nasional.
"Secara nasional Sulut ada di atas rata-rata nasional karena kami belum melihat pasokan di tingkat kota kabupaten. Di Manado mungkin aman, tapi di daerah lain bisa saja harganya jauh di atas HET," terangnya.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Indra menilai, stok minyak goreng harusnya melimpah mengingat di Sulut ada tiga produsen besar, yaitu Agro Makmur Raya (Simas), Multi Nabati (Wilmar), dan Salim Ivomas (Bimoli).
Daerah-daerah yang jauh dari produsen, seperti Minahasa dan daerah Kepulauan Sangihe dan Talaud perlu mendapat perhatian pemerintah. Karena, rantai pasok yang panjang berimbas pada harga
"Harusnya distributor pertama ada di daerah-daerah tersebut, sehingga harga Migor terkendali," ucap Indra.