WahanaNews - Sulut | Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) melakukan pemantauan minyak goreng (migor) serentak di 15 Kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Hal ini dilakukan untuk memastikan stok dan harga minyak goreng tetap tersedia di pasaran, menghadapi bulan puasa dan Hari Raya Lebaran 2023," ujar Kepala Disperindag Sulut Daniel Mewengkang melalui Kabid Dagri Disperindag Sulut Ronny Erungan usai pemantauan di sejumlah pasar tradisional, di Manado, dikutip Jumat (17/2/2023).
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Dia mengatakan, pemantauan dilakukan di tingkat pengecer, distributor dan produsen.
Di tingkat provinsi, pemantauan diikuti oleh koordinator perdagangan barang pokok hasil industri kementerian perdagangan RI, Balai pengawasan Tata Niaga Makassar, Satgas Pangan Polda Sulut dan dinas perindustrian dan perdagangan Provinsi Sulut.
Ia menjelaskan, objek pemantauan dikhususkan pada minyak goreng rakyat atau disebut minyak goreng DMO (domestic market obligation).
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Minyak DMO adalah minyak yang "dijual rugi" oleh produsen minyak goreng, tapi mereka mendapatkan kompensasi hak ekspor sebesar paling sedikit enam kali dari jumlah yang dijual di dalam negeri.
Ia menjelaskan, dari pemantauan kali ini,
untuk kabupaten dan kota, rata-rata laporannya minyak curah jumlahnya terbatas, harganya dijual masih di atas HET, apalagi Minyakita, hanya ada di beberapa pasar rakyat dengan jumlah yang sedikit.
Hasil pemantauan, di pasar rakyat Kota Manado, minyak curah tersedia cukup dengan harga paling banyak sesuai HET.
Ketua Tim Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri Kemendag, Indra Wijayanto mengatakan, pemantauan migor di Pasar Pinasungkulan Karombasan dan Pasar Bersehati Calaca, masih terkendali, meski ada beberapa pedagang yang menjual di atas harga eceran tertinggi.
"Stok banyak. Minyakita juga tersedia meski tak banyak, untuk harga bervariasi ada yang sampai Rp16 ribu," jelas Indra.
"Di pasar ini pasokan ada, harga masih moderat tidak terlalu tinggi. Minyakita ada tapi tidak banyak, harganya sudah Rp14 ribu," ungkapnya.
Meski begitu, menurut Indra, pada sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok (SP2KP), harga minyak goreng di Sulut di atas rata-rata nasional.
"Secara nasional Sulut ada di atas rata-rata nasional karena kami belum melihat pasokan di tingkat kota kabupaten. Di Manado mungkin aman, tapi di daerah lain bisa saja harganya jauh di atas HET," terangnya.
Indra menilai, stok minyak goreng harusnya melimpah mengingat di Sulut ada tiga produsen besar, yaitu Agro Makmur Raya (Simas), Multi Nabati (Wilmar), dan Salim Ivomas (Bimoli).
Daerah-daerah yang jauh dari produsen, seperti Minahasa dan daerah Kepulauan Sangihe dan Talaud perlu mendapat perhatian pemerintah. Karena, rantai pasok yang panjang berimbas pada harga
"Harusnya distributor pertama ada di daerah-daerah tersebut, sehingga harga Migor terkendali," ucap Indra.
Indra tak memungkiri, stok Minyakita terbatas, karena produksi hanya 300 ribu ton per bulan. Namun kata dia, masyarakat tak perlu khawatir kehabisan minyak goreng.
"Jelang lebaran kita naikkan 450 ribu ton. Selain itu masih ada minyak kemasan premium, jadi tak perlu khawatir," pungkas Indra.[mga]