Kondisi ekosistem ini sebagian besar merupakan lahan basah dengan diisi biota laut antara lain 390 spesies karang dari 63 genera dan 15 famili, 1.000 jenis ikan karang dari 175 famili, - jenis moluska dan crustacea, t 200 jenis mamalia laut.
Ekosistem mangrove sebagai bagian dari lahan basah merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh berbagai jenis pohon bakau tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai yang berlumpur, ekosistem ini merupakan tipe hutan tropika yang memiliki ciri khas tumbuh disepanjang pantai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut.
Baca Juga:
PUPR Lanjutkan Penataan KSPN Borobudur Tahap 2 di Jawa Tengah
Taman Nasional Bunaken dengan hutan mangrove yang ekstensif memiliki peran dan fungsi penting bagi keseimbangan ekosistem di Provinsi Sulawesi Utara. Fungsi tersebut tidak hanya sebagai pencegahan abrasi dan intrusi air laut serta tempat hidup berbagai biota perairan tetapi juga berpotensi dalam penyimpanan karbon dan pengendalian perubahan iklim secara global.
Mangrove yang berada di sepanjang pesisir Molas-Wori Taman Nasional Bunaken —memiliki kesejarahan panjang— dalam mempertahankan komunitasnya, dengan berada di dua administrasi Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara, hutan mangrove pesisir Molas-Wori memiliki luas 214.6 hektare.
Mangrove yang ditanam tersebut merupakan hasil pengembangan Kelompok Karya Muda Desa Tiwoho Binaan Balai Taman Nasional Bunaken.
Baca Juga:
Pemerintah Kucurkan Rp 3,6 Triliun untuk Kebangkitan Pariwisata Indonesia di 2023
Sekitar 200 orang terdiri atas Pejabat Tinggi Madya KLHK, Pejabat Tinggi Pratama KLHK, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan se-Sulawesi Utara beserta staf, Forkopimda Sulut, Dinas Kehutanan Sulut, Pimpinan OPD Provinsi Sulut, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara, jajaran Muspika Wori, tokoh agama, tokoh pemuda, dan masyarakat Desa Tiwoho ikut dalam gerakan penanaman mangrove tersebut.
Penanaman mangrove tersebut juga dihadiri Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong bersama jajaran terkait.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]