WahanaNews-Sulut | Didirikannya Museum Holocaust oleh komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara mendapat pro dan kontra dari berbagai pihak.
Terkait polemik Museum Holocaust, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Utara (Sulut), KH Abdul Wahab Gafar angkat bicara. Wahab menilai, keberadaan Museum Holocaust tidak menjadi masalah.
Baca Juga:
3 Negara ini Impor Gula Merah dari Sulut
"Kalau memang itu untuk kepentingan masyarakat supaya sejarah masa kelam yang lalu tidak terjadi bagi generasi sekarang dan akan datang kenapa tidak. Kan salah satu edukasi, supaya masyarakat bisa tahu bagaimana di zaman Nazi dulu," kata Wahab, ketika dikonfirmasi wartawan, Minggu (6/2/2022).
Wahab mengatakan keberadaan museum tersebut tak perlu dipersoalkan. Karena gambar dan tulisan yang dipamerkan di museum tersebut hanya berkaitan dengan tragedi kemanusiaan atau rasisme.
"Kalau museum menggambarkan sejarah masa lalu, memberi motivasi kepada masyarakat supaya orang tidak melaksanakan lagi karena merugikan semua pihak, itu tidak masalah," ungkap dia.
Baca Juga:
Bejat! Ayah di Minahasa Tega Perkosa Anak Kandung dan Anak Tirinya
Wahab merasa aneh, kenapa hanya Museum Holocaust yang ditentang, padahal bukan hanya museum Holocaust di Minahasa yang menceritakan tentang sejarah masa lalu agama, budaya dan rasisme.
"Banyak museum-museum yang lain menggambarkan masa lalu agama, budaya, kenapa tidak diprotes itu," kata Wahab.
Wahab mengatakan hingga kini belum ada pernyataan resmi dari organisasi. Karena menurut dia, MUI jika memberi pernyataan sikap itu harus ada rapat pleno.
"Belum satu keputusan majelis. Jadi belum satu keputusan final dari lembaga. Kalau yang sudah keputusan MUI harus dipleno," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhyiddin Junaidi, menyatakan pembangunan Museum Holocaust Yahudi di Sulawesi Utara merupakan pelanggaran nyata terhadap konstitusi. Muhyiddin meminta pemerintah menghancurkan bangunan museum tersebut.
"Pemerintah Indonesia harus segera mengambil tindakan tegas dan menghancurkan bangunan museum tersebut karena itu bentuk provokatif, tendensius, dan menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat," ujar Muhyiddin kepada wartawan, Selasa (1/2/2022).
Sementara itu, Komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), merespon penolakan Museum Holocaust Yahudi, di Tondano. Mereka menyebut kehadiran museum untuk memberikan edukasi terhadap generasi muda.
"Intinya saya ingin mengedukasi kepada masyarakat terutama generasi muda tentang bahaya rasisme dan kebencian," kata Pendiri Indonesia Holocaust Museum Rabbi Yaakov Baruch, saat ditemui wartawan, Sabtu (5/2).
Yaakov mengatakan apabila rasisme dan kebencian tidak diperangi sejak awal, maka hal itu akan mengarah pada Holocaust atau tragedi kemanusiaan.
"Pesan dari museum ini kita tidak hanya perangi rasisme Yahudi saja. Tapi ini menentang terhadap rasisme terhadap agama manapun. Itu kita perangi bersama," ujarnya.[jef]