Menuju Alor juga bisa menggunakan kapal penyeberangan yang memakan waktu selama 9 jam perjalanan.
Tugas Luther tidaklah sepele. Dia harus memastikan pekerjaan konstruksi jaringan listrik yang sedang dibangun sesuai standar dan bisa beroperasi dengan baik untuk menyuplai kebutuhan listrik kedepannya.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Luther menjelaskan, pekerjaannya dimulai dari survei lokasi yang akan dibangun jaringan listrik, menggambar sketsa jaringan listrik, melakukan pematokan dan berkoordinasi dengan stakeholder di lokasi, hingga mengawal pekerjaan pembangunan listrik sampai selesai dan disambung ke pelanggan.
Luther menyadari bahwa ini sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejuang kelistrikan.
Dirinya pun mengaku sempat merasa kesulitan untuk beradaptasi lantaran banyak hal harus dipelajari dalam mengawasi pekerjaan. Faktor utamanya adalah medan yang menantang dan akses yang cukup sulit.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
"Terkadang saya juga terpaksa menginap dan tidur di rumah warga setempat karena tidak memungkinkan untuk bekerja bolak-balik mengawasi setiap saat," ucap Luther.
Luther pun mencontohkan tantangan lain dalam melistriki wilayah Alor. Saat itu, sewaktu pekerjaan di daerah kepulauan menggunakan kapal motor, tepatnya di Pulau Treweng berjarak 2 jam perjalanan dari Kota Kalabahi, kapal hampir terbalik karena dampak cuaca yang tidak bersahabat.
"Syukur Tuhan masih sayang saya waktu itu, sehingga masih ada rasa trauma yang membekas jika mengingat kembali kisah itu," kisah Luther.