WahanaNews-Likupang | Peluang meningkatkan perekonomian seiring berkembangnya dunia pariwisata di wilayah Likupang Sulawesi Utara (Sulut), menjadi acuan Universitas Indonesia (UI) melalui Tim Pemberdayaan kepada Masyarakat Fakultas Ilmu Pengetahuan Bahasa (FIB), menawarkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan mengajak warga menggeluti dunia pemandu wisata.
Tim Penmas UI Didit Dwi Subagio, M.Hum didampingi ketua Tim Dr. Filia.SS.MSi, dalam pengantar di hadapan peserta diskusi Pemberdayaan Masyarakat Lokal untuk Menjadi Pemandu Wisata di Likupang, Selasa (02/08/2022) di desa Pulisan Likupang Timur, Minahasa Utara, menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal sebagai pemandu wisata yang juga berfungsi sebagai pemimpin perjalanan (Tour Leader).
Baca Juga:
Universitas Indonesia Juara Kompetisi Essay dalam Ajang Pertamina Goes To Campus 2024
Alasannya kata Didit, warga lokal lebih tahu dan paham dengan obyek-obyek wisata yang ada, sehingga mampu menjelaskan secara rinci kepada wisatawan yang berkunjung, sekaligus menambah penghasilan dan mengangkat perekonomian masyarakat.
Selain menambah perekonomian kata Didit, manfaat warga lokal menjadi pemandu wisata sebab lebih paham dengan daerahnya, lokasi obyek wisata serta apa saja termasuk sejarah yang ingin diketahui oleh wisatawan.
“Ketika kalian sebagai orang Likupang mau menjadi pemandu wisata, tinggal diberi pelatihan Bahasa dan tata karama serta etika dari berbagai negara. Jadi kita harus mengenal karater tamu atau wisatawan serta pengetahuan umum yang aktual,” ujar Didit yang pernah mangajar Kepariwisataan ini.
Baca Juga:
Menteri Bahlil Soal Moratorium Gelar Doktor: Yang Saya Tau Bukan Ditangguhkan
Peserta yang berasal dari berbagai kalangan ini, kemudian diberikan bekal berbagai teknik pemandu wisata, yang berguna dalam memudahkan tamu berinteraksi dengan pemandu wisatanya.
“Ketika kita menjemput tamu di bandara, tentu sebagai pemandu wisata harus membuat tanda yang menarik sehingga wisatawan maupun tamu yang dijemput ini langsung mengenal dan berinteraksi dengan si pemandunya. Juga sebagai pemandu wisata, harus mempu membuat route perjalanan dan menguasai jalur perjalanan dengan baik sehingga mampu menjelaskan dan menarik minat wisatawan untuk melakukan perjalanan ke berbagai tujuan sesuai dengan penawaran pemandu wisata. Pada dasarnya menjadi pemandu wisata itu harus berani. Ketika kita tidak memahami sesuatu ungkapan dalam Bahasa Inggris misalnya, jangan malu untuk menanyakan arti kepada turis untuk meminimalisir mis komunikasi. Dan jangan lupa ketika menawarkan lokasi wisata, harus disesuaikan dengan usia wisatawan serta risiko terhadap keselamatan,” jelas ketua Tim Dr. Filia. SS. MSi memotivasi peserta.
Ibu Maria salah satu peserta warga desa Pulisan, mengungkapkan persoalan kurangnya pengetahuan bahasa ketika berkomunikasi dengan tamu ataupun wisatawan, sehingga dirinya berkeinginan mempelajari tata bahasa yang sedikitnya mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.