WahanaNews-Likupang | Desa Marinsow, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara digeber jadi Proyek Home Stay.
Proyek tersebut bagian dari KEK Pariwisata Likupang yang masuk lima besar destinasi wisata super prioritas di Indonesia.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Puluhan rumah sederhana bahkan gubuk milik warga disulap jadi rumah hunian bagi turis asing. Semuanya serba gratis.
Warga tinggal sedia rumah untuk dipugar atau halaman.
Bersamaan dengan itu masuk segala kemewahan lainnya, yakni air, listrik hingga wifi.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Masa depan cerah pun membentang.
Usaha kecil berpeluang tumbuh serta anak - anak punya kesempatan langka belajar bahasa Inggris dan Mandarin.
Para Menteri wara wiri ke desa itu. Salah satunya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Tamu kementerian sudah tak terhitung lagi. Semua datang dan kagum.
Desa ini dulu tak begini.
Dahulu dikenal sebagai tempat jin buang anak saking terpencilnya.
Air harus ditimba sejauh tiga kilo. Tak ada listrik.
Pekerjaan penduduknya hanya petani, nelayan dan tukang. Serba miskin. Serba tertinggal.
Tribun bertemu dengan Rivan Lagu, salah satu pemilik home stay.
Rumahnya dua tingkat. Bagian atas berbentuk adat Minahasa dan berbahan kayu.
Itulah tempat menginap turis. Luasnya 6 kali 6. Terdapat ruang dalam, ruang tamu, sebuah kamar dan sebuah kamar mandi.
"Ini sudah rampung 95 persen, tinggal cat saja," katanya.
Bagian bawah yang semi permanen belum rampung. Di sana keluarganya akan tinggal. "Di atas turis di bawah kami," ujar dia.
Ia bercerita, dulu rumahnya adalah rumah biasa. Konstruksinya sederhana hingga sewaktu waktu bisa roboh. "Kemudian pada 2019 ada wacana jika disini mau didirikan home stay," ujar dia.
Sempat mengira itu hoaks, ia terkejut ketika tahu tahu rumahnya didatangi bass pada pertengahan 2020.
Akhir 2020, rumah itu dibangun.
"Rumah lama dirobohkan, ganti rumah ini. Anggarannya semua dari pemerintah," kata dia.
Adanya usaha baru tersebut membuatnya bergairah.
Ia berencana berhenti jadi tukang untuk kelola home stay.
Sang istri makin mematangkan kemampuan masaknya.
"Dia rencananya akan jadi tukang jual makanan. Mungkin bikin masakan babi yang disukai turis," kata dia.
Amelia Banea, warga lainnya mengaku home stay miliknya sudah siap tinggal.
Di dalamnya sudah terpasang sofa dan meja.
Kamar sudah terisi tempat tidur dan lemari.
Sebuah televisi LCD dalam bungkusan tergeletak di lantai.
Kamar mandi sudah ada showernya. "Ini semua dibiayai pemerintah," ujar dia.
Sesuai anjuran pendamping pembangunan rumah itu, ditambahkannya hiasan kerang dan kelapa di atas meja
Bagian depan rumah diisinya dengan bunga.
"Itu saya yang biayai," beber dia.
Home stay miliknya hanya bangunan satu tingkat dengan bentuk rumah adat minahasa.
"Ini dulunya hanyalah lahan kosong yang terlupakan, lantas dibangun home stay.
Rumah asli saya di belakang ini," ujar dia. Ia menuturkan, total biaya pembangunan 105 juta.
Khusus bangunan berjumlah 49 juta. "Interiornya seharga 6 juta," katanya.
Sebut dia, pembangunan rumah tersebut dikelola secara kelompok.
Hal itu untuk memudahkan kontrol pembangunan
"Satu kelompok berisi 7 kepala keluarga. Di kelompok ini sayalah bendaharanya," ujar dia.
Amelia pernah mengecap sukarnya tinggal di desa tersebut.
Semua serba sulit. "Air harus ditimba sejauh 3 kilo. Tak ada listrik. Jalan rusak.
Pokoknya serba tertinggal," kata dia.
Kini, desa itu maju dengan cepat.
Listrik disediakan per home stay. Keran air bisa diputar setiap waktu.
"Kini wifi sementara dipasang," katanya.
Dia pun tak tahan untuk mengucapkan terima kasih pada Jokowi atas berkah desa Marinsow.
"Terima kasih pada pak Jokowi, pak Olly Dondokambey dan pak Sandiaga Uno atas perhatiannya pada kami," kata dia.
Via warga lainnya berencana menyiapkan tempat parkir untuk home staynya.
Halaman akan ia sulap jadi taman dengan tempat duduk bagi turis.
"Kesempatan ini akan saya gunakan sebaik baiknya," kata dia.
Mengenai pengelolaan home stay, sebut dia, masih akan dibicarakan lagi.
Apakah uangnya masuk ke warga atau ada persentase. "Masih kami rapatkan," ujar dia. [rda]