WahanaNews-Sulsel | PT PLN (Persero) Unit Pengembangan Induk (UIP) Sulawesi melanjutkan tahap uji coba atau commissioning Pembangunan Infrastruktur Tenaga Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulawesi Selatan Barru - 2 (1x100MW).
PLTU Sulsel Barru-2 berlokasi di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru , Provinsi Sulawesi Selatan .
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
General Manager PLN UIP Sulawesi, Defiar Anis, mengatakan, Pembangunan PLTU Sulsel Barru-2 salah satu pembangunan infrastruktur ketenaga listrikan yang masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik tahun 2021-2030.
“Pembangunan PLTU Sulsel Barru-2 ini merupakan salah satu Pengembangan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) yang masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030,” kata Defiar Anis saat meninjau uji coba di Kabupaten Barru, Selasa (19/5/22).
Defiar menuturkan, pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan juga merupakan bentuk komitmen PLN dalam meningkatkan keandalan pasokan dan pelayanan listrik kepada pelanggan.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Dengan pengadaan fasilitas pembangkit listrik tersebut, lanjutnya, juga dapat mendorong investasi di Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang terkoneksi dengan Sistem Ketenagalistrikan Sulbagsel.
Sebelumnya pada pertengahan April 2022, PLTU Sulsel Barru-2 telah berhasil melakukan sinkronisasi pertama dan kini telah memasuki tahap uji beban (load testing).
Pengujian lanjutan ini merupakan salah satu syarat bagi pabrik untuk mendapatkan Certificate of Good Operation (SLO).
“Load Test merupakan pengujian yang dilaksanakan pada suatu sistem genset untuk menguji durabilitas genset secara bertahap,” ujarnya.
Oleh karena itu sebelum pembangkit ini mendapat beban sebesar 100 Megawatt (MW) terlebih dahulu pembangkit tersebut dibebani secara bertahap mulai dari 37 MW, 62 MW, 93 MW dan 100 MW yang kemudian diuji ketahanannya selama 72 jam, jika selama masa pengujian terdapat tidak ada kendala, maka SLO akan dikeluarkan.
Menurut Anis, PLN selalu mendukung transisi energi, hal ini dibuktikan dengan penggunaan teknologi di pembangkit listrik yang terus berkembang dan ramah lingkungan.
“Proyek ini sudah disiapkan untuk pelaksanaan Co-Firing. Yang jelas, kami terus berupaya meningkatkan keandalan pasokan listrik sehubungan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pascapandemi,” jelas Anis.
Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik akibat pertumbuhan industri smelter di wilayah Sulawesi. Hal ini mengingat kebutuhan listrik untuk fasilitas smelter di Sulawesi diprediksi mencapai lebih dari 6.000 MVA.[jef]