WahanaNews-Likupang | Wanita Kaum Ibu (WKI) Jemaat GMIM Musafir Kelurahan Sukur, Kecamatan Sukur, Kabupaten Minut, provinsi Sulut berlomba membuat kue cucur untuk memperingati Paskah.
Ketua WKI Musafir Olva Losu menuturkan, lomba diikuti kaum ibu dari 20 kolom di Jemaat Musafir.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
"Sebelumnya digelar ibadah yang dipimpin pendeta pelayanam Marsel Lelemboto, tampil sebagai juri Pdt Juliana Kakambong dan vicaris Virginia Luntungan," katanya Minggu (24/4/2022).
Dikatakan Olva, lomba berlangsung meriah dan penuh kekeluargaan.
Ibu ibu menunjukkan kreativitas dan semangat iman sebagai keluarga besar kaum ibu jemaat Musafir Sukur.
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Sebut Olva, tujuan lomba adalah memaknai paskah dengan kreativitas sembari mempererat rasa persaudaraan.
"Dan puji Tuhan
itu nampak dalam lomba tadi," katanya.
Informasi yang dihimpun wartawan, tampil sebagai juara 1 adalah kolom 5, juara 2 kolom 4 dan juara 3 kolom 16. Juara pertama beroleh hadiah 500 ribu, juara kedua 300 ribu dan juara ketiga 200 ribu.
SEJARAH CUCUR DAN PENGINJILAN
Kuliner Minut jadi primadona dalam ajang W20 - G20 di Likupang, Minut, provinsi Sulut, beberapa waktu lalu.
Selain kue apang, kue cucur juga jadi primadona delegasi.
Bentuk kue cucur yang menarik dan rasanya yang enak, membuat delegasi jatuh cinta.
Menteri Pariwisata Sandiaga Uno yang datang ke Minut bersamaan momen W20 juga terpesona dengan cucur.
Ia cicipi kue cucur kemudian berpantun.
Kue ini ternyata punya latar unik yang berhubungan dengan masuknya Injil di tanah Minahasa.
Ada banyak cerita tentang muasal kue cucur.
Salah satu cerita yang beredar dan diterima luas adalah kue itu ditemukan oleh misionaris asal Jerman Johan Fredrich Riedel. Riedel dan Schwarz adalah dua penginjil yang membawa injil ke tanah Minahasa.
Kisah yang dirangkum tribunmanado.co.id, alkisah, suatu hari di bulan Desember tahun 1831. Riedel sedang putar otak cara merayakan Natal bersama penduduk Tondano.
Konsepnya, ibadah natal diisi pembacaan Alkitab, dan tentu saja makan bersama sebagaimana tradisi eropa.
Riedel berdiskusi dengan istrinya. Sebuah ide tiba tiba tercetus di benaknya.
"Kita akan bikin kue natal Jerman, tak ada tepung, kita pakai saja beras manis," katanya.
Kemudian jadilah kue cucur. Mungkin karena itu, sejumlah jemaat GMIM menyebut cucur adalah kue penginjilan.
Pada momen tertentu, cucur disajikan saat ibadah perjamuan.
Riedle dalam penginjilan banyak memakai metode pembauran dengan budaya Minahasa.
Ia mempelajari budaya Minahasa.
Kemudian memberdayakan masyarakat dengan mengajarkan cara bertani. [rda]