WahanaNews-Likupang | Sate Tinoor merupakan makanan khas dari Minahasa.
Tinoor merupakan salah satu wilayah Kota Tomohon.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Dulunya merupakan desa mayoritas sub etnis Tountemboan, salah satu sub etnis suku Minahasa.
Sate Tinoor pun merupakan satu di antara kuliner yang berkembang kini bisa dinikmati masyarakat.
Sate Tinoor terbagi atas dua bahan daging, ada sate menggunakan daging babi, ada juga memakai daging ayam.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Sate Tinoor ini bisa ditemukan di sejumlah Rumah Makan di wilayah Tinoor yang berdiri di tepi Jalan Manado-Tomohon. Salah satu yang menyajikan misalnya Rumah Makan Tinoor Jaya.
Potongan Sate Tinoor di RM ini lebih besar dari sate pada umumnya, sebab itu harganya dibandrol Rp 10.000 per tusuk. Dalam satu tusuknya ada tiga potongan daging.
Sebelum dipanggang di bara api tempurung, daging sate sudah dilumuri bumbu. Daging itu didominasi bumbu rica atau cabe rawit.
Bau harum khas daging dipanggang langsung tercium. Tak lama, daging mulai kecoklatan tanda sate sudah matang. Warna daging berubah menjadi cokelat muda. Saat di santap ada rasa manis pedas.
Tentu kalian harus menjajal langsung kenikmatan rasa kuliner yang satu ini.
Sate Tinoor pun biasanya disantap dengan nasi bungkus khas Minahasa.
Orang Minahasa membuatnya dengan menaruh beras yang sudah dicuci bersih di sebuah daun lebar berwarna hijau, atau disebut daun nasi.
Setelah beras dibungkus, tinggal dikukus. Hasilnya kuliner ini disebut nasi bungkus. Nasi yang dimasak di daun ini menghasilkan bentuk pipih berwarna hijau.
Nasi bungkus sejak dulu jadi pasangan Sate Tinoor.
Dulu orang Tinoor sering berjualan sate dan nasi bungkus ini di Kota Manado, kuliner ini laku keras karena kenikmatannya
Di RM Tinoor Jaya, Sate Tinoor disantap dengan dabu-dabu lemong. Perpaduan sambal khas Minahasa, terdiri dari rica, bawang merah, tomat dan perasan air jeruk. [rda]