WahanaNews-Likupang | Perayaan hut Desa Kaima, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) provinsi Sulut ke - 252 bernuansa adat untuk melestarikan sebagai kearifan lokal dan pariwisata.
Ritual Sumela Kure yang hampir punah menjadi tontonan utama dalam perayaan tersebut.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Begitu pula ritual sidang dewan adat dan berdoa di pasela - pasela. Masyarakat menyambut antusias konsep budaya itu.
Mereka berbondong - bondong menuju ke lokasi acara di lapangan Desa Kaima dan terlibat penuh.
Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Minut Joune Ganda yang diwakili Sekda Minut Rivino Dondokambey, Ketua DPRD Minut Denny Lolong, tokoh adat Tonsea yang juga mantan Bupati Minut Ramoy Markus Luntungan dan lainnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Ketua Panitia Kegiatan Hut Desa Kaima Joutje Dengah mengatakan, budaya diangkat dalam perayaan hut desa Kaima dengan tujuan untuk melestarikannya sebagai kearifan lokal dan pariwisata.
"Budaya adalah karakteristik kita. Dengan budaya kita akan memiliki disiplin dan prinsip hidup," katanya.
Sebut dia, manusia modern dapat berdampingan dengan budaya tanpa kehilangan iman kepada Tuhan.
Joutje Dengah mengatakan, salah satu ritual yang ditampilkan adalah Sumela Kure.
"Ritual ini adalah simbol ucapan syukur masyarakat Minahasa zaman dahulu dan ini akan dilestarikan," katanya.
Joutje mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mensukseskan kegiatan tersebut.
Dia berharap konsep budaya itu akan jadi momentum untuk memajukan SDM dan SDA Desa Kaima. [rda]