WahanaNews-Likupang | Prajogo Pangestu merupakan sosok pengusaha sukses di RI. Kisah hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi semua orang yang ingin sukses dan merdeka secara finansial.
Pria yang lahir di Sungai Betung, Kalimantan Barat ini bukan "orang biasa". Prajogo Pangestu berhasil mencatatkan namanya ke dalam Daftar Orang Terkaya di Indonesia.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Pada tahun 2020, Majalah Forbes memasukkan namanya sebagai orang terkaya ke-5 di Indonesia. Tercatat, Prajogo memiliki kekayaan sebanyak US$ 6,1 miliar atau setara Rp 87 triliun.
Kekayaan tersebut tidaklah mudah ia dapatkan begitu saja. Putra seorang pedagang karet ini, hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Namun, ia tidak menyerah begitu saja dengan keadaan serba susah tersebut. Prajogo pergi merantau ke Jakarta dengan tekad bulat untuk mengubah nasibnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Tapi, kenyataan belum berpihak padanya dan ia tak kunjung mendapat pekerjaan. Prajogo pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Kalimantan.
Di sana Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.
Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray. Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo lantas memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.
Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.
Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.
Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Perusahaannya Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007. Pada tahun 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka akan mulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022.
Dari kisah Prajogo telah membuktikan bahwa relasi yang luas dilengkapi dengan kejelian melihat peluang yang tepat dan kegigihan dalam bekerja dapat menghantarkan seseorang ke pintu gerbang kesuksesan. [rda]